Monday 29 November 2010

sekedar

Monday 29 November 2010 0
Dunia ini udah kebanyakan kata –kata . dan kata – kata ga merubah apa-apa.
Oiya, terima kasih untuk teh hangatnya. Sudah lama gua ga nyeruput teh senikmat ini.
Makasih juga udah dengar cerita saya lagi. Jangan doakan ini yang terakhir, karena kita ga pernah memulai.

Antara Blackberry dan Nokia 3315

Ada batas
yang tegas
Ada kelas
yang jelas
Ada kasta
Kasta yang nyata. Ternyata.

Antara Blackberry dan Nokia 3315
Mari kita main sinetron saja
Sinetron indonesia tentunya
Dan akan Kita perpanjang episodenya hingga season tiga!

Antara Blackberry dan Nokia3315
Ah, kalaupun bisa
Aku ingin jadi Esia saja

Karena aku mulai sangsi
Untuk hal yang kau sebut substansi.

Tuesday 22 June 2010

Jangan Malas

Tuesday 22 June 2010 0
“Satu satunya alasan mengapa sampai saat ini masih ada pemalas di dunia ini adalah karena mereka beruntung, itu aja ga lebih” (mohamad rohli 2010)
Gua yakin banget ama quotes yang gua ciptain sendiri. Terlepas dari kontrofersi empiris atau tidaknya, gua yakin banget ama apa yang gua katakan itu.
Buat gua, orang orang pemalas yang masih ada sampai saat ini, terbantu karena keberuntungan mereka. Mereka bisa survive di dunia yang ga bersahabat ini karena keberuntungan. Bentuk keberuntungan itu banyak. Konkritnya , contoh : orang tuanya yang pejabat sehingga dia link lebih banyak, orang tuanya yang banyak duit sehingga mereka punya kemampuan lebih dan akses yang hampir tak terbatas, atau karena dia otaknya encer sehingga bisa dengan cepat belajar banyak dari sedikit waktu, sampe alasan karena fisik mereka sehat dan kuat sehingga mereka bisa survive.
Gua ga bilang kalo gua sendiri pun bukan pemalas. Pastilah semua orang punya sifat malas. Toh malas itu manusiawi. Tapi biar gua sempitkan malas disini dalam arti umum dengan makna yang sebenar-benarnya sebagai pemalas. Dan arti itu ga usah gua bicarakan lebih lanjut. Pasti semua mengerti apa malas yang sedang gua bicarakan ini.
Gua juga ga bilang gua orang yang ga beruntung. Berbagai macam kejadian membuktikan bahwa gua orang yang cukup beruntung.
Jadi apa permasalahannya? Ya bilang aja gua sinis.
Apa gua iri? Ah ga juga, buat apa?
Begini, gua Cuma melihat situasi yang sedikit ga adil . coba liat orang-orang rajin yang ga berhasil atau ga survive dalam suatu hal. bukan karena mereka ga jago, ga pinter, ga rajin. Tapi karena mereka ga punya akses. Mereka orang –orang yang tertindas ama keadaan dan sistem yang ga mengganggap sebuah etos adalah kunci. Sistem inilah yang ga memanusiakan manusia seperti mereka. Kasihan? Tentu saja.
Orang –orang pemalas yang justru banyak mendapat akses, banyak mendapat link dan mendapat aneka kemudahan. Karena sistem ini ga mengenal etos yang baik buruk, rajin malas, pintar bodoh, sama saja, sistem ini buta. Satu yang bisa ia bedakan. Ada uang atau ga ada uang.
Ah kawan, biarlah gua berkeluh kesah tentang sistem ini. Sudahlah. Hampir Cuma itu yang bisa gua perbuat untuk saat ini.
Dan kesimpulan dari omongan nyeleneh ini adalah tetap sama. Bahwa orang –orang pemalas yang ada di dunia ini, seluruhnya. Mereka masih ada dan bisa survive bukan karena apa-apa. Tapi karena keberuntungan. Itu saja.

Muka muka di simak UI itu

Muka muka di simak UI itu
11 April 2010. gua jadi pengawas simak. Gua ditempatkan di jakarta timur. Tepatnya di SMAN 67 Halim Perdana Kusuma. Ga tanggung-tanggung. 3 kali naik angkot cuy! Tapi demi duit 220 ribu gua nekatin terima aja. sejauh apapun.
Ketika gua berada di angkot trans halim (angkot terakhir menuju 67), gua berbarengan dengan anak-anak SMA yang mau ujian SIMAK. Dan gua melihat wajah-wajah itu. Wajah wajah yang dulu juga pernah gua liat. Wajah-wajah yang tampak ragu, takut , tegang dan pasrah akan masa depan. sebuah wajah dengan tanda tanya , akan kemana mereka setelah ini. Mungkin udah ada yang yakin akan kemana, tapi banyak juga yang ga tau mau kemana, seperti gua dulu saat mau lulusan SMA. Gua bisa mengerti wajah-wajah itu karena gua juga pernah memiliki wajah itu.
Ragu, takut, pasrah, atau rasa lain yang ada diwajah itu mengingatkan gua pada gua beberapa tahun lalu. Gua ingat bagaimana gua melewati masa-masa itu. Belajar dengan keterbatasan otak dan biaya, masa depan yang ga jelas dan keraguan mau jadi apa. Dan hal itu bukan hal mudah.
Dan Kalau bukan karena keberuntungan, gua mungkin sekarang sudah menjadi karyawan di sebuah pabrik di cilegon sana. Banting tulang mencari uang. Pergi pagi dan sip malam kaya kaka gua. Cari duit buat mengangkat keluarga.
Ya. Keberuntunga. Gua ga ragu kalau gua termasuk golongan orang yang beruntung. Dimasa-masa itu gua merasakan banget bagaimana keberuntugnan menyertai gua. Mulai dari biaya bimbel di Nurul Fikri yang ditanggung temen sebangku yaitu muchamad agung laksana hingga gua bisa bimbel di tempat yang sebenarnya sulit gua jangkau dengan kondisi ekonomi keluarga gua, daftar spmb dari duit yang gua kumpulin sendiri, lalu kesalahan penamaan di kartu ujian SPMB, sampai ketrima di UI jurusan hukum padahal gua bukan siswa yang berprestasi di sma. Ya. Keberuntungan itu yang membawa gua sampai disini. Dan gua percaya, pasti ada alasan Tuhan memberikan semua itu buat gua. Ya. Pasti ada alasannya.
Wajah-wajah itu mengingatkan gua bahwa kurang bersyukurnya gua, betapa kurang maksimalnya gua menjaga keberuntungan yang udah Tuhan kasih ke gua, betapa gua belum jadi apa-apa. Betapa gua masih sama dengan mereka. Ragu, takut, ga jelas akan menjadi apa.



Sunday 20 June 2010

Friend request

Sunday 20 June 2010 0
Ada 40 friend request di akun facebook saya. Sebelumnya seharusnya lebih banyak lagi. Ya.. ada 40an orang yang mau jadi teman saya. 40 orang dengan berbagai latar belakang, siap menjadi orang orang yang bisa saya andalkan sebagai teman. Lepas dari apapun motivasi mereka menklik friend request saya, faktanya, ada 40 an orang yang ingin menjadi teman saya. Entah mereka orang yang sebenarnya tidak saya kenal, orang ga ada kerjaan, orang yang hanya friend collector, atau bahkan orang jail yang siap menghack akun saya. Apapun motivasinya, kabar baiknya adalah mereka rela menjadi teman saya. Selayaknya teman, maka mereka sudah siap dengan apapun adanya diri saya, konsekuensi logis dari sebuah hal yang disebut pertemanan. Lepas bahwa nyatanya mereka hanyalah teman di dunia maya.
40 friend request yang sudah saya biarkan cukup lama itu saya perhatikan betul-betul. Ada sebagian yang memang saya kenal dan dengan sombongnya saya lama sekali menerima permintaan menjadi teman mereka. Ada juga orang-orang yang tidak saya kenal, mereka juga ingin jadi teman dunia maya saya. Sama nasibnya seperi yang lain, mereka saya biarkan, cukup lama.
Apa yang salah dengan keterbukaan? Apa yang salah dengan kita menerima permintaan menjadi teman mereka?. Ya tentu kita punya hak untuk memilih, kepada siapa saja kita dapat berteman. Kita dapat melihat sisi untung rugi saat diri kita menjadi teman mereka, kita juga dapat membuat keputusan dramatis dengan menolak permintaan teman mereka.
Tapi apakah hal terakhir tidak terlalu berlebihan?
Saya tahu, ada alasan 40an orang ini memilih saya sebagai teman mereka.boleh jadi mereka adalah orang-orang dengan niat jahat pada kita, orang-orang yang siap membuat hari-hari kita kelak menjadi tidak senyaman ketika kita belum menjadi teman mereka, boleh jadi mereka siap memeras kita dengan berbagai cara, bisa jadi mereka bakal menjadi orang-orang yang akan merepotkan diri kita. Tapi, Apapun alasannya, toh mereka sudah membuka diri mereka untuk menjadi teman, lalu mengapa kita harus menolaknya? Kita tidak selalu bertemu dengan orang yang sudah kita kenal bukan? Kita juga tidak selalu melihat hubungan untung rugi saat berteman. Mungkin saja mereka nanti justru menjadi orang yang ingin kita minta menjadi teman. Boleh jadi mereka nanti adalah orang yang memegang jabatan penting dan kita membutuhkan bantuan mereka, bisa jadi justru mereka adalah orang-orang yang dikirim Tuhan untuk menolong kita lewat postingan mereka yang inspiratif atau statusnya yang memotivasi. Selalu banyak kemungkinan kawan. Kita tidak dapat menutup satu kemungkinan pun.
Tidak ada yang salah dengan keterbukaan dan penerimaan. Orang-orang yang sudah rela ingin menjadi teman kita, tidak seharusnya mendapat perlakuan yang kurang simpatik dengan menunda keputusan kita untuk memilih atau tidak memilih mereka sebagai teman, atau bahkan menjadikan mereka sebagai koleksi pribadi untuk menunjukan betapa banyaknya orang yang ingn menjadi teman kita. Betapa kita merasa dicintai oleh bayak orang. Betapa kita semakin jumawa ketika semakin banyak orang yang ingin menjadi teman kita. Sudah semakin begitu perhitungannya kah kita?
Maaf semua, saya akan menjadi teman kalian, karena tidak ada yang salah dengan keterbukaan dan penerimaan. Itu saja.

Wednesday 9 June 2010

Redefinsi Hedonisme.

Wednesday 9 June 2010 0

Catatan ngelantur ini saya buat setelah sedikit membaca. Jadi kalau saya salah, ya mbok ya di koreksi, tapi kalau saya benar mbok ya jangan mau menang sendiri.

Hedonisme. banyak yang bilang, kalau mau tau hedonisme itu apa, maka lihatlah anak muda kita sekarang. Hedonis. Selalu ingin kesenangan. Praktis. Hambur-hambur harta. Perilaku kebanyakan anak muda kita seakan menjadi cermin apa itu hedonisme. Tapi menurut saya , kayaknya makna hedonisme ga sesempit itu.

Secara kasar bisalah kita melihat atau mendefinisikan hedonisme dengan matrealistis, menginginkan kesenangan belaka, yang akan nantinya di sangkut pautkan dengan sex, drugs, kekerasan dan musik. Tanpa beban, tanpa tanggung jawab, hidup bebas. Dalam hal ini bisa saya kataan telah terjadi penyempitan terhadap makna hedonisme itu sendiri, hasil dari definisi kita tentang anak muda dan hedonisnya mereka.

Hedonisme berasal dari bahasa Yunani yaitu hedone yang berarti kesenangan. Bagi penganut aliran ini, hal terbaik bagi manusia, bahkan tujuan hidup manusia adalah mencari kesenangan. Para pemikirnya seperti Aristippos (salah satu murid Sokrates), dan epikuros. Tapi tentu ajaran mereka tidak sesempit itu.

Aristippos mempunyai pandangan bahwa tujuan dari semua perbuatan manusia adalah kesenangan dan kenikmatan. Hal ini terbukti bahwa sejak kecil manusia selalu mencari kesenangan dan menjauhi ketidaksenangan. Akan tetapi, Ia menekankan peran rasio (akal) dalam mencapai kesenangan itu. Sehingga ia mengakui bahwa perlu adanya pengendalian diri dalam mencari kesenangan itu. Pengendalian diri ini tidak sama dengan meninggalkan kesenangan (Bertens : 1997). Tujuan seorang bijak bukanlah untuk dikuasai kenikmatan melainkan untuk menguasainya. Yang penting adalah mempergunaan kesenangan dengan baik dan tidak banyak dikendalikan oleh kesenangan. Tapi justru megendalikannya agar sesuai dengan diri kita. Pemikiran Aristippos kemudian dilanjutkan oleh Epikuros yang intinya dalah walaupun kesenangan itu adalah baik, tetapi tidak semua kesenangan harus dimanfaatkan. Ia amat menekankan aspek kebijaksanaan. Lebih baik merasakan sakit sesaat unuk menikmati kesenangan yang lebih lama. Selain itu ia juga menekankan pada adanya ketenagan jiwa yang merupakan salah satu kenikmatan yang paling tinggi.

Dari sini dapat kita lihat bahwa paham hedonisme tidak hanya melulu melihat kesenangan sebagai tujuan mutlak manusia. Kesenangan juga harus selalu disertai tanggung jawab dan pengendalian diri. Hedonisme dilandasi dengan pemikiran yang jauh ke depan dan memiliki nilai etis dan manfaat yang besar secara teoritis. Sehingga seharusnya bukanlah hedonisme anak muda saat ini yang tampil di permukaan, tapi hedonisme yang murni yang memang memiliki kebaikan. Kalau saja hednonisme yang murni ini dapat diterapkan, maka saya tidak menyangkal bahwa saya juga orang yang hedonis yang ingin selalu melakukan hedon hedon untuk diri saya. Siapa pula yang tidak mau kesenangan?

Monday 19 April 2010

Cerita seorang teman saya

Monday 19 April 2010 0

Begini ceritanya :

Sebutlah dia si “Alex”. Alex hanya seorang lelaki biasa. Terlalu standar. baik dari segi wajah, penampilan maupun kekayaan (haha sory lex) . Tapi, tidak sesederhana jika kita bicara “apa yang diinginkan”.

Alex selalu tahu apa yang ia inginkan. Tidak seperti saya yang kadang bingung tentang apa yang saya inginkan. Intinya : Alex tau apa yang ia mau.

Dan untuk kali ini, saya terkejut dengan apa yang terjadi padanya.

Ia tidak diterima sebagai anggota Bdan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI 2010. Padahal saya pikir ia memiliki kapabilitas untuk masuk sebagai anggota. Mungkin itu karena dari 3 pilhan bidang di BEM UI, dia hanya memilih 1 saja. Yaitu bidang Pusat pergerakan (PUSGERAK) yang kerjanya mengkaji kebijakan, diskusi, tukar pikiran dan tentunya : DEMO.

Ketika saya bertanya kecewakah ia? Ia jawab begini :

“ya gua kecewa. Tentu ga mudah buat kita gagal untuk apa yang kita mau, tapi setidaknya gua udah mencoba. Dan gua ga merasa rugi, gagal buat hal yang gua inginkan”.

Saya salut dengan orang ini. Dia tau bahwa ia hanya inginkan PUSGERAK, tidak yang lain, no kompromi. Apapun konsekuensinya. Termasuk gagal.

Dan setelah ia berusaha semaksimal yang ia bisa tapi tetap tidak mendapatkan yang ia inginkan,

Ia belajar bahwa tidak semua yang kita inginkan dapat terwujud hanya dengan usaha maksimal. Dan setidaknya, ia tau yang ia mau dan berani mengejarnya.

Jarak

Hai blog? Apa kabar? Sudah lama juga rupanya. Gua sengaja buat ga ngejenguk atau ngasih possting ke kamu. Kenapa? Ini Biar ada jarak cuy. Kadang dengan ada jarak dan batas, sebuah hal akan sangat berarti lho!! Batas dan jarak itu teman yang membantu merekatkan cuy. Bukan memisahkan. Haha


Oiya, sekarang kita punya sobat baru. Itu tuh si soner naite. Hehe. Hasil uang sendiri cuy. Harus bangga. Haha. Kenalan dulu gih sana. Asyik kok anaknya, Cuma kalo pake photo fix aja dia suka ngambek. Plus kalo pasang headset dia sering banget ngecilin sendiri. Hehe

Asalnya dari surabaya cuy. Nekat gua mesen di kaskus. Biasalah. Antusias orang yang sok punya duit. Setalahnya gua sempet ngutang dan makan mie 3 hari beturut-turut. Tapi ga apa2. Karena dia hari menjadi sedikit lebih berwarna cuy.

Ok lah segitu dulu. Santai cuy. Jarak dan batas itu teman. Bukan musuh. Jadi bersabarlah dan bersahabatlah dengan keduanya.

Saturday 3 April 2010

none

Saturday 3 April 2010 0

Menjadi tua itu pasti. Dewasa pilihan.

Kembali gua dihadapkan dengan kata-kata lama ini.

Kata-kata yang ga usang dimakan waktu karena selalu bisa diuji kebenarannya.

Ya menjadi tua adalah sebuah keniscayaan. Sebuah kepastian yang ga bisa ditawar.

Menjadi dewasa? Oh dear.. itu pilihan. Dan bukan pilihan mudah ternyata.butuh banyak pengorbanan dan kesiapan untuk ketidaknyamanan.

Karena sifatnya yang pilihan, maka efek kausalitas tentu selalu menyertai. Pilihan dan kausalitas nyatanya adalah dua teman yang setia. Tak terpisahkan.

Wednesday 31 March 2010

Tragedi fotocopy

Wednesday 31 March 2010 0


Disaat akhir bulan, dimana dompet sudah sangat kurus kering diterjang penyakit kanker... dan hari-hari mulai terasa tidak ada harapan untuk bertahan dari kerasnya kota depok....

terjadilah tragedi itu.

Bermula saat saya mempersiapkan bahan untuk ujian tengah semester (UTS) mata kuliah hukum persaingan usaha.. saya berinisiatif mengkopi diktat dari seorang teman yang kebetulan sudah memiliknya terlebih dahulu. Tidak tanggung-tanggung tebalnya diktat ini. Cuma 350 halaman saja. (beginilah balada mahasiswa pemalas. Cari bahan saat esok UTS!! great)

Saya memutuskan untuk mengkopi diktat super ini di fotokopi stasiun UI yang memang terkenal murah meriah.. hanya Rp. 75 rupiah saja perlembar..

dengan anggapan harga tersebut , maka saya berasumsi akan menghemat kurang lebih setengah harga diktat asli. Haha pintarnya..

awalnya saya tidak curiga ketika pelayan foto kopi itu menyapa saya lugu ..

Abang-abang nan aduhai : “ iya mas!, mau ngopi ya?”

gua : “Cuma senyum. (dalam hati : ya eyalah. Masa mau ngelamar elu!!)

gua : “bang kopi yak, jam 4 gua ambil” gimana? Bisa?”

Abang-abang nan aduhai :” Ok bos.”

Percakapan pus selesai.

saya hanya sebentar saja mampir di gerai foto kopi karena harus mengembalikan buku di perpustakaan FISIP. Buku aduhai ini telah terlambat 10 hari lamanya…

Sampai akhirnya saya kembali lagi pukul 5 sore. Dan alangkah terkejutnya saya...

Dihadapan saya tertumpuk banyak sekali hasil fotokopian..

Sang pelayan nan aduhai ternyata telah mengkopi diktat saya nan jelita itu bukan hanya sekali, tapi 4 kalii!!! Apakah akibat keterlambatan saya yang menjanjikan datang jam 4 namun datang jam 5??? Alangkah rajinnya pelayan nan aduhai ini.

Mari kita hitung berapa beban saya akibat keaduhaian beliau :

1 diktat = 350 lembar + jilid = Rp. 27.000 X 4 = Rp. 108.000 saja.

Dan mari kita kalkulasikan uang saya di dompet yang kian kurus ini.

Hanya ada 50 ribu. Itu pun untuk makan 2 hari ke depan.

Hhuuufffftt... sabar dan sabar. Saya sempat protes!

“kan gua Cuma nyuruh 1 kali aja bang!!

Si abang nan aduhai : “ tadi situ bilang 4 !“(tak mau kalah)!!

“satttuuuu!!!”

Si abang nan aduhai : “empppaaatt!”

Gua : “ yang empat itu maksudnya kan jam 4 bang!!!”

Abang nan aduhai : “yee saya denger empat jam 4!!”

Saya : grrrrr.......(pengen nusuk sesuatu bernama perut si abang )

Cerita selanjutnya adalah cerita keheroikan saya untuk membayar lunas semua diktat hasil kerja keras dan kerja cerdas si abang pelayan nan aduhai itu.

Asumsi saya : dia juga orang susah. (kalo ga susah mana mau jadi pelayan fotokopi). Masa saya rela lebih menyusahkan abang nan aduhai ini. Sungguh saya tiada tega bang!!

Alhasil terlihatlah saya seperti mahasiswa nan cerdas + rajin. Membawa setumpukan buku yang akan digunakan untuk belajar. tinggal pakai kacamata super tebal saja saya sudah menyerupai pemenang lomba karya ilmiah mahasiswa berjudul :

“sistem repiratori perpajakan indonesia dengan faktor elastisitas permintaan degresif, kajian terhadap anomi perpajakan dari sudut pandang teori kuantum estetik!!”

Sampai di kamar kosan nan eksotis, saya mencoba mencari akal.

Jreng jrengg!! Ketemu!

Saya meng – SMS ria teman-teman angkatan saya untuk membeli diktat hasil jerih payah saya dan si abang aduha ini. Dan hasilnya .... hanya 1 yang terjual. ( ya iyalah. Diantara angkatan saya mana ada lagi orang yang belajar buat UTS besok dan hari sebelumnya baru beli buku!!) Itu pun setelah menggunakan tekhnik rayuan maut + pendekatan ala film Royal Casinonya agen 007.

Sisa 3 lagi. Dan masih menumpuk lunglai dikamar. Entah kapan mereka akan pergi dari kamar nan eksotis ini. Taun depan mungkin? Yaa andai saja adik kelas junior saya sudi untuk membelinya.

memaafkan dua sisi

Sampai Saat ini, saya selalu mencoba meyakinkan diri bahwa jika saya membenci seseorang, sebenarnya bukan orangnya yang saya benci. Tapi perbuatannya. saya selalu mencoba meyakinkan itu. Bahwa saya sama sekali ga membenci orangnya, walau kesel setengah mati, walau ingin nonjok mukanya kaya apa, walau sesering apapun orang itu mengulang dan mengulangnya, saya coba yakinkan hal terakhir.

Dan sungguh itu bukan perkara yang mudah. Memaafkan tidak selalu berbanding lurus dengan hal positif. Kadang dongkolnya kita justru terobati dengan tidak memaafkan. Ada perasaan lega disana, justru dengan tidak memafkan. Manusia selalu punya minimal dua pilihan bukan? Dan konsekuensinya tidak mesti yang satu benar dan yang satu salah.

Menjadi pemaaf memang baik, menjadi tidak pemaaf pun ada baiknya. Walau tidak sebanyak opsi yang pertama pastinya. Tapi tetap saja, masih ada sisi baik dengan tidak memaafkan.

Dan saya masih berusaha meyakinkan bahwa saya benci perbuatannya, bukan orangnya. Walau kadang hal ini tidak berhasil. Dan saya sekarang sedang tidak mau memafkan. Maaf.

Wednesday 24 March 2010

Kamera lagi

Wednesday 24 March 2010 0



Wah wah...

Kembali.

Di fikiran gua , benda yang paling gua inginkan Cuma yang ada diatas itu.

Nikon Fm 10, Canon, arrrgg ...DSLR,

Dan gua hakuil Yakin dan udah NAWAITU banget.

Gua bakal punya salah satunya!!!! Ga lama lagi.

Sunday 21 March 2010

Tak ada Trotoar di Margonda

Sunday 21 March 2010 0

Jalan Raya Margoda. Adalah jalan yang paling populer di kota Depok. Kalau mau disejajarkan dengan yogyakarta, maka padanannya adalah Jl. Malioboro. Atau dagonya bandung.

Margonda adalah jalan utama di kota Depok. Jalan margonda memiliki panjangnya sekitar 2 Km dan di sepanjang jalurnya banyak terdapat perumahan warga, tempat usaha, kantor dan juga kampus. Karena letaknya yang sangat dekat dengan berbagai aktifitas tersebut, maka margonda adalah sebuah jalan yang sangat ramai. Mulai dari aktifitas keseharian warga, perdagangan, hingga aktifitas perkuliahan. Ditambah depok adalah kota satelit jakarta, banyak warga depok yang sebenarnya bekerja di jakarta. Sehingga jika pagi dan sore hari maka jalan ini akan sangat dipenuhi kendaraan dari dan menuju jakarta.

Tapi mari kita lihat bagaimana infrastuktur Jalan kenamaan kota Depok ini.

Entah apa yang difikirkan pembuat peraturan jalan raya di margonda. Jalan margonda terutama di jalur sebelah kiri sepanjang kampus BSI hingga perempatan juanda tidak memiliki pelataran untuk para pejalan kaki. Yang ada hanya jalur kendaraan yang beberapa bulan lalu diperlebar , konon katanya untuk meminimalisir kemacetan. Jadi, jika ada seseorang yang tertabtrak atau masih beruntung terserempet kendaraan di jalur ini, maka kita tidak dapat menyalahkan pengendara, karena kendaraan itu berjalan di jalur mereka sendiri. Pejalan kaki tidak memiliki hak dijalur sebelah kiri margonda ini. Jadi jika anda berjalan di sekitaran margonda jalur sebelah kiri, maka berhati-hatilah dengan kendaraan disana. Bisa jadi anda adalah korban selanjutnya dari pembangunan yang “nyeleneh” ini.

bLog juga hasiL karya hak cipta !
 
Blog Anak Margonda ◄Design by Pocket, BlogBulk Blogger Templates