Tuesday 22 June 2010

Muka muka di simak UI itu

Tuesday 22 June 2010
Muka muka di simak UI itu
11 April 2010. gua jadi pengawas simak. Gua ditempatkan di jakarta timur. Tepatnya di SMAN 67 Halim Perdana Kusuma. Ga tanggung-tanggung. 3 kali naik angkot cuy! Tapi demi duit 220 ribu gua nekatin terima aja. sejauh apapun.
Ketika gua berada di angkot trans halim (angkot terakhir menuju 67), gua berbarengan dengan anak-anak SMA yang mau ujian SIMAK. Dan gua melihat wajah-wajah itu. Wajah wajah yang dulu juga pernah gua liat. Wajah-wajah yang tampak ragu, takut , tegang dan pasrah akan masa depan. sebuah wajah dengan tanda tanya , akan kemana mereka setelah ini. Mungkin udah ada yang yakin akan kemana, tapi banyak juga yang ga tau mau kemana, seperti gua dulu saat mau lulusan SMA. Gua bisa mengerti wajah-wajah itu karena gua juga pernah memiliki wajah itu.
Ragu, takut, pasrah, atau rasa lain yang ada diwajah itu mengingatkan gua pada gua beberapa tahun lalu. Gua ingat bagaimana gua melewati masa-masa itu. Belajar dengan keterbatasan otak dan biaya, masa depan yang ga jelas dan keraguan mau jadi apa. Dan hal itu bukan hal mudah.
Dan Kalau bukan karena keberuntungan, gua mungkin sekarang sudah menjadi karyawan di sebuah pabrik di cilegon sana. Banting tulang mencari uang. Pergi pagi dan sip malam kaya kaka gua. Cari duit buat mengangkat keluarga.
Ya. Keberuntunga. Gua ga ragu kalau gua termasuk golongan orang yang beruntung. Dimasa-masa itu gua merasakan banget bagaimana keberuntugnan menyertai gua. Mulai dari biaya bimbel di Nurul Fikri yang ditanggung temen sebangku yaitu muchamad agung laksana hingga gua bisa bimbel di tempat yang sebenarnya sulit gua jangkau dengan kondisi ekonomi keluarga gua, daftar spmb dari duit yang gua kumpulin sendiri, lalu kesalahan penamaan di kartu ujian SPMB, sampai ketrima di UI jurusan hukum padahal gua bukan siswa yang berprestasi di sma. Ya. Keberuntungan itu yang membawa gua sampai disini. Dan gua percaya, pasti ada alasan Tuhan memberikan semua itu buat gua. Ya. Pasti ada alasannya.
Wajah-wajah itu mengingatkan gua bahwa kurang bersyukurnya gua, betapa kurang maksimalnya gua menjaga keberuntungan yang udah Tuhan kasih ke gua, betapa gua belum jadi apa-apa. Betapa gua masih sama dengan mereka. Ragu, takut, ga jelas akan menjadi apa.



0 comments:

Post a Comment

bLog juga hasiL karya hak cipta !
 
Blog Anak Margonda ◄Design by Pocket, BlogBulk Blogger Templates